Al Fatihah Tidak Sah Sholat Tidak Sah, Berikut Cara Membaca Al Fatihah yang Benar
Pembacaan Al Fatihah Dalam Sholat Harus Benar Biar Sholat Kita Sah
Portal Aswaja
● Kurang tebal pada hurif صِّ pada kata الصِّرَاط sehingga menjadi السِّرَاطَ. Perubahan seperti tidak masuk kategori kesalahan jali meski merubah huruf. Karena baik سراط ataupun صراط adalah 1 bahasa yang maknanya sama dan masuk pada bab ilmu qiraat. Akan tetapi sang pembaca tetap diharuskan memperbaiki bacaannya lagi.
Portal Aswaja
Diantara penentu sah dan tidaknya shalat kita yang paling penting adalah bacaan surat Al Fatihah. Penyebabnya bahwa Al Fatihah adalah salah satu dari 2 rukun bacaan shalat. Rukun qouli (bacaan) kedua adalah bacaan tahiyyat akhir (At Tahiyyatul....dst) yang dimana tidak banyak ketentuan & syarat yang harus dipenuhi supaya sah. Adapum surat Al Fatihah beda lagi, seseorang harus benar-benar tepat dalam membacanya, tidak cukup baca, ada hal-hal yang harus dipenuhi
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan ketika membaca Al Fatihah supaya shalat kita sah:
● Menggerakkan lisan & mendengar bacaan sendiri
Diharuskan seseorang membaca Al Fatihah sekira ia dapat mendengarkan bacaannya sendiri, meskipun bisik-bisik. Sehingga tidak sah jika bibir hanya komat-kamit sambil baca di dalam hati tanpa ada suara sedikitpun yang keluar. Jika ia shalat disamping suara yang keras sampai tidak bisa mendengar, maka ukurannya adalah jika suara tersebut berhenti ia dapat mendengar.
● Menjaga Makhroj & Sifat-sifat Huruf
Diwajibkan seseorang memperhatikan makhroj dan sifat-sifat huruf pada surat Al Fatihah. Tujuannya supaya tidak terjadi perubahan atau kesalahan baca fatal ketika membaca didalam shalat. Selama seseorang tidak tepat membaca Al Fatihan maka ia semakin wajib untuk mencari guru mengaji lagi.
Diantara kesalahan yang terkait sbb:
- Mengubah suara ح pada kata الرَّحْمَنِ dengan suara ع. Penyebabnya bahwa kedua huruf memiliki makhroj yang sama, namum memiliki sifat yang berbeda. Jika ketika membaca ع disertai aliran udara maka jadilah huruf ح. Sebaliknya, jika membaca ح dengan udara tertahan maka jadilah ع.
- Merubah suara د pada kata الدِّينِ dengan ت. Kesalahan ini adalah fatal. Jika dengan د artinya hari akhir, jika dengan ت maka artinya buah tin. Penyebabnya bahwa huruf ت terucap disertai aliran udara, jika udaranya tertahan maka jadilah huruf د.
● Menjaga 14 Tasydid Al Fatihah
Diantara rukun Al Fatihah adalah memperhatikan dan memastikan bacaan 14 tasydid sudah terpenuhi. Hal ini karena huruf bertasydid asal muasalnya adalah 2 huruf sama, huruf pertama bersukun, sedang yang kedua berharakat. Contoh:
الرَّحْمَن ==》》 الرْرَحْمَن
الرَّحْمَن ==》》 الرْرَحْمَن
Jika tidak memantapkan bacaan tasydid maka secara otomatis 1 huruf telah gugur, maka bacaan Al Fatihah tidak sah dan shalat tidak sah. Berikut ini perincian huruf bertasydid surat Al Fatihah :
- Ayat pertama terdapat 3 kata : اللّه، الرَّحْمَن، الرَّحيم
- Ayat kedua terdapat 2 kata: لِلَّهِ، رَبِّ
- Ayat ketiga terdapat 2 kata: الرَّحمن، الرَّحيم
- Ayat keempat terdapat 1 kata: الدِّين
- Ayat kelima terdapat 2 kata: إيَّاك , إيَّاك
- Ayat keenam terdapat 1 tempat : الصِّراط
- Ayat ketujuh terdapat 3 tempat : الَّذين، ولاالضَّالِّين
- Ayat kedua terdapat 2 kata: لِلَّهِ، رَبِّ
- Ayat ketiga terdapat 2 kata: الرَّحمن، الرَّحيم
- Ayat keempat terdapat 1 kata: الدِّين
- Ayat kelima terdapat 2 kata: إيَّاك , إيَّاك
- Ayat keenam terdapat 1 tempat : الصِّراط
- Ayat ketujuh terdapat 3 tempat : الَّذين، ولاالضَّالِّين
● Menuntaskan Al Fatihah Ketika Berdiri
Jika seseorang shalat dalam keadaan tergesa-gesa tanpa membaca surat pendek lalu mengakhirkan potongan huruf لين pada kata الضالين disaat ruku' -saking cepatnya- maka shalatnya batal. Penyebabnya karena ia menjadikan 2 rukun yang berbeda dan menjadikannya pada 1 tempat.
Kesalahan kesalahan baca yang tertulis diatas rata-rata masuk dalam katagori jali (parah), baik karena merubah makna atau mengurangi huruf. Namun adakalanya juga terdapat kesalahan makhroj & sifat namun tidak membatalkan, karena tergolong kesalahan khofi (ringan). Berikut contoh-contohnya:
● Pada kata الرَّحْمَنِ terdapat qoul (pendapat) lemah dimana kita harus menipiskan huruf رْ pertama lalu menebalkan رَ kedua. Pendapat tidak bisa dibenarkan karena setiap huruf yang bertasydid itu memiliki hukum satu, mengikuti huruf yang kedua dalam hal ini adalah رَ. Sehingga ketika membaca هِرَّحْ kedua ر harus ditebalkan bersamaan. Meski demikian, jika ada yang menipiskannya terlebih dahulu maka tidak membatalkan.
● Memantulkan suara لْ pada kata الْحَمْدُ atau suara نْ pada kata أَنْعَمْتَ
● Kurang tebal pada hurif صِّ pada kata الصِّرَاط sehingga menjadi السِّرَاطَ. Perubahan seperti tidak masuk kategori kesalahan jali meski merubah huruf. Karena baik سراط ataupun صراط adalah 1 bahasa yang maknanya sama dan masuk pada bab ilmu qiraat. Akan tetapi sang pembaca tetap diharuskan memperbaiki bacaannya lagi.
● Kurang panjang mada mad lazim الضَّآلِّين atau mad pada kata مَالِكِ
Untuk lebih detailnya dapat mendatangi seorang ustadz yang mumpuni untuk mentashihkan bacaan Al Qurannya. Wabilkhusus dan minimal, tashih bacaan Al Fatihah demi keabsahan shalat kita.
No comments