Memakai kaos partai di masjid, Apakah Hukumnya
Muslim Bersatu - Pada tahun politik ini, masyarakat banyak membicarakan tentang
pemilu. Masing-masing memiliki calon pemimpin yang mereka jagokan.
Beberapa aksi dukungan tampak berdatangan baik melalui media sosial atau
di dunia nyata. Saat berkampanye, tidak lepas dari beberapa atribut
yang identik dengan partai politik atau calon yang didukung, seperti
jaket, kaos, bendera partai, syal dan lain sebagainya. Terkadang, saat
mereka beristirahat sejenak untuk menunaikan shalat di masjid, atribut
tersebut masih dikenakan. Pertanyaannya adalah, bagaimana hukum memakai
atribut kampanye, semisal kaos partai saat menunaikan shalat di masjid?
Dalam
aturan fiqih, tidak ada aturan baku mengenai pakaian yang dikenakan
saat shalat. Semua jenis pakaian apa pun, asalkan suci dan dapat
menutupi aurat, maka boleh dan sah digunakan shalat, termasuk di
antaranya kaos partai. Aurat laki-laki dalam shalat adalah anggota di
antara pusar dan lutut. Sedangkan aurat perempuan adalah seluruh
tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Kebolehan memakai kaos
partai saat shalat tersebut juga berlaku ketika shalat dilaksanakan di
masjid.
Syekh Abu al-Husain Yahya bin Abi al-Khairn al-Umrani mengatakan:
ويجب ستر العورة بما لا يصف لون البشرة، وهو: صفة جلده: أنه أسود، أو أبيض، وذلك يحصل بالثوب، والجلد، وما أشبههما
“Wajib
menutup aurat dengan penutup yang tidak dapat menampakan warna kulit,
yaitu sifatnya kulit meliputi hitam atau putih. Menutupi aurat bisa
hasil dengan pakaian, kulit dan yang menyerupai keduanya.” (Syekh Abu
al-Husain Yahya bin Abi al-Khairn al-Umrani, al-Bayan fi Madzhab al-Imam al-Syafi’i, juz 2, hal. 120).
Berkaitan dengan keharusan memakai pakaian yang suci, Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi menegaskan:
ويكون ستر العورة بلباس طاهر
“Dan menutup aurat wajib dengan pakaian yang suci.” (Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi, Fath al-Qarib, hal. 30)
Bila melihat pertimbangan keutamaan, mengenakan kaos partai saat shalat hendaknya dihindari, karena dua hal. Pertama,
ada anjuran untuk mengenakan pakaian yang sopan dan layak menurut
pandangan umum saat shalat. Dalam titik ini, memakai kaos partai saat
shalat tergolong kurang etis dalam budaya daerah kita. Kedua,
ada anjuran untuk menghindari pakaian yang bergambar. Dalam
kenyataannya, kaos partai tidak bisa dilepaskan dari gambar. Dalam
literatur mazhab Syafi’i, hukumnya makruh memakai pakaian yang terdapat
gambarnya.
Berkaitan dengan anjuran memakai pakaian yang sopan secara adat, Syekh Abu Bakr bin Syatha menegaskan:
ـ
(قوله ويسن أن يلبس أحسن ثيابه) أي ويحافظ على ما يتجمل به عادة ولو أكثر
من اثنين لظاهر قوله تعالى {يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد} ولقوله
صلى الله عليه وسلم إذا صلى أحدكم فليلبس ثوبيه فإن الله أحق أن يزين له
“Ucapan
Syekh Zainuddin, sunah memakai pakaian terbaiknya, dan juga menjaga
pakaian yang indah/ sopan secara adat, meski lebih dari dua jenis
pakaian. Hal ini berdasarkan makna lahir dari firman Allah, pakailah
perhiasaaan kalian setiap kali shalat, dan berdasarkan sabda Nabi, bila
salah satu dari kalian shalat, maka pakailah dua pakaiannya,
sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditampakan keindahan kepadaNya.”
(Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’nah al-Thalibin, juz 1, hal. 114).
Berkaitan dengan kemakruhan memakai pakaian bergambar saat shalat, Syekh Taqiyuddin al-Hishni menegaskan:
ويكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل
“Makruh shalat mengenakan baju yang bergambar.” (Syekh Taqiyuddin al-Hishni, Kifayah al-Akhyar, juz 1, hal. 93).
Di
sisi lain, memakai kaos partai, di mana pun tempatnya, masih
disangsikan kehalalannya. Terdapat perdebatan panjang mengenai hukum
menerima kaos partai dari tim sukses, apakah termasuk menerima risywah
(suap) yang diharamkan atau bukan. Sebab ketiadaan nash sharih baik dari
Al-Qur’an, hadits, atau statemen para ulama dalam kutub al-turats (literatur toritatif tradisional).
Walhasil,
memakai kaos partai saat shalat sebaiknya dihindari, terlebih jika
dilakukan di masjid. Sebab kita diajarkan untuk menghadap Allah dengan
pakaian yang indah, sopan dan bersih dari keharaman serta perkara
syubhat. Dan agar masjid dibersihkan dari aroma politik. Bila saat
menghadap presiden atau pemimpin, kita betul-betul menyiapkan penampilan
sebaik mungkin, bagaimana mungkin saat menghadap Sang Maha-Pencipta
kita memakai baju yang tidak sopan?
No comments