Pentingnya Seni dan Budaya pada Santri
Portal Aswaja - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah Desa Kw
Dengan seni jiwa kehidupan para santri lebih indah dan berwarna. Dan dengan budaya, santri tidak hilang jati diri sebagai bangsa Indonesia. Kekayaan budaya di nusantara juga harus dirawat oleh santri terutama berkaitan dengan pesantren dan Islam secara umum.
"Santri di era revolusi Industri 4.0 harus berbudaya dan berjiwa seni. Akan tak mudah terbawa arus. Di lembaga kita budaya dan seni kita rawat Melayu Fantastic Final Grade (FFG) yang diadakan setiap awal tahun. Kegiatan tersebut mengusung tiga tema besar yaitu kepesantrenan, budaya dan nasionalisme.
Semua diwujudkan dalam puluhan stage performance," katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (14/1).
Lewat FFG, Pesantren Al-Aqobah ingin melatih para santri untuk secara mandiri mengurus segala hal yang berkaitan dengan funding, planning, konsep acara, hingga backdrop panggung yang megah.
Semua dikonsep dan dikerjakan secara bersama-sama oleh santri. Dari budaya juga akan menata perilaku dan sikap seorang santri dalam berpendidikan dan berkarakter.
"Santri sekarang itu hebat-hebat dan punya jiwa seni yang bagus. Mereka butuh kesempatan dan kepercayaan dari orang dewasa. Saya telah membuktikan lewat kegiatan FFG. Santri butuh aktualisasi diri guna mengekspresikan sisi kreatifitas," tambah pria yang biasa dipanggil Gus Fikri ini.
Gus Fikri mengatakan jika ia kurang setuju bila santri hanya dibatasi pada kegiatan akademik saja (belajar dan mengaji). Karena menurutnya santri juga harus belajar tentang organisasi dan membangun kreativitas. Salah satu cara membangun kreativitas adalah lewat seni.
Selain itu, mencintai keanekaragaman seni dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan tanggung jawab semua warga Negara Indonesia. Keanekaragaman ini merupakan suatu kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak dicuri atau ditiru oleh bangsa lain.
"Melestarikan kebudayaan bangsa tidak dapat di batasi oleh usia maupun golongan manapun. Santri juga harus ikut terlibat. Caranya dengan memberi materi budaya dan seni di pesantren dan mempersilakan para santri untuk menunjukkan kreativitasnya. Kalau bisa difasilitasi," ujarnya.
Gus Fikri juga menyebutkan saat ini terjadi perang kebudayaan di dunia. Setiap negara berusaha mempengaruhi negara lainnya. Ada yang lewat musik seperti Korea Selatan, ada juga lewat dagang seperti China.
Salah satu ciri terjadinya perang kebudayaan adalah munculnya upaya masif untuk menghilangkan keyakinan atau ideologi sebuah bangsa. Untuk menghadapi ancaman itu, terutama dengan makin maraknya hoaks dan ujaran kebencian, ia menegaskan bahwa santri harus diberikan pemahaman kebudayaan Indonesia dan dipadukan dengan tatanan Islam.
"Kita bisa berharap pada seni untuk menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sementara budaya menunjukkan pentingnya kita memiliki pegangan atau penuntun. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu memiliki pegangan yang kuat, terutama ditengah tahun politik yang masif ujaran kebencian dan hoaks," pungkasnya
penulis - Saiful Chamdi
terkait - seni dan budaya jawa,seni dan budaya adalah,seni dan budaya yang berkaitan dengan konservasi,seni dan budaya indonesia,seni dan budaya daerah,seni dan budaya dalam islam,seni dan budaya di indonesia yang berkaitan dengan konservasi sumber daya alam,seni dan budaya jawa tengah,seni dan budaya pekalongan,seni dan budaya aceh,seni dan budaya itu apa,seni budaya adalah brainly,seni budaya aspek yang diamati uraian hasil pengamatan,seni budaya apresiasi,seni budaya aliran,arti seni dan arti budaya,seni and budaya,akademi seni budaya dan warisan kebangsaan,artikel seni budaya,artikel seni budaya sunda,seni dan budaya betawi,seni dan budaya banten,seni dan budaya bengkulu,
No comments