Kyai NU itu Semakin Sepuh Semakin Ampuh
Semakin Sepuh Semakin Ampuh Itulah
Kyai NU
Portal Aswaja
Tidak hanya Gus Dur, di NU semua kiyai sepuh terkadang
melakukan tindakan yang membingungkan kalangan internal nahdliyyin, Dalam
kesempatan kali ini, mari kita amati beberapa tindakan kiyai sepuh NU, untuk
dijadikan bahan pelajaran bersama.
Dahulu pernah ada sidang pleno PBNU menyikapi aliran
Ahmadiyah,Pada tahap sidang komisi, para anggota sepakat menilai bahwa aliran
Ahmadiyah adalah “Aliran sesat dan menyesatkan”, Selain masalah isi ajarannya,
secara historis aliran Ahmadiyah di duga dibentuk dan danai intelijen Inggris,
Ahmadiyyah Sengaja dibentuk pada tahun 1888 M, karena situasi saat itu ada
huru-hara di India, Ada gerakan bawah tanah untuk pemisahan diri dan membuat
negara Islam bernama Pakistan.
Tapi, di level sidang pleno, yang dipimpin Ro’is ‘Aam PBNU
secara langsung, dan didampingi beberapa kiyai sepuh lainnya, hasil sidang
komisi tersebut diubah. KH. Sahal Mahfudz menasehati para anggota sidang
komisi, “Jangan menggunakan bahasa caci-maki. Kita perhalus bahasanya.”
Kemudian KH. Sahal Mahfudz mendikte redaksi kata-katanya: Aliran Ahmadiyah
adalah aliran agama Islam yang ditolak oleh umat Islam internasional.
Sepintas tidak ada beda, tapi kalau kita cermati maksud Mbah
Sahal, ada ilmu hikmah yang bisa kita petik, Bahasa caci-maki menunjukkan aroma
kebencian. Jika para elit PBNU menggunakan redaksi bahasa caci-maki, bisa
“habis” orang-orang Ahmadiyah. Mbah Sahal adalah seorang alim ulama yang arif,
jadi jarak pandangannya sudah jauh ke depan.
Bahasa caci-maki melahirkan kebencian, sedangkan kebencian
melahirkan ketidakadilan. Orang yang sudah benci dari awal, tidak mungkin bisa
bersikap adil. Niat awal hanya memberitahu warga NU bahwa aliran Ahmadiyah
bukanlah termasuk Islam, jatuhnya nanti malah peristiwa penyerbuan dan
pengrusakan. Maka dari itu, Mbah Sahal dan para kiyai sepuh lainnya sepakat
untuk menggunakan redaksi bahasa yang halus. Sesuatu yang diawali bersinar akan
berakhir dengan bersinar pula.
Untuk menjaga nahdliyyin dari aliran Ahmadiyah, Mbah Sahal
menggunakan redaksi bahasa berupa “kalimat berita” Jelas maksudnya, tapi tidak
keras. Kalimat berita berbeda dengan kalimat opini. Kalau Anda belajar ilmu
jurnalistik, anda bakal tahu bedanya, alimat opini pasti membawa kata sifat,
Tidak mungkin aliran Ahmadiyah diberi kalimat opini bersifat positif, jadi Mbah
Sahal memilih redaksi bahasa berupa kalimat berita saja.
Pendapat Mbah Yai Sahal Mahfudz diperkuat oleh pendapat
kiyai sepuh NU lainnya. Mbah Yai Maimun Zubair menasehati agar nahdliyyin
mendakwahi para pengikut Ahmadiyah. Jangan dikejar-kejar dan dipukuli, tapi
didakwahi, Dakwah itu artinya mengajak,Tentunya dakwah ala Rasulullah SAW,
yaitu dakwah yang dilandasi rasa kasih sayang dan penuh kelembutan
Mbah Maimun sama persis dengan Mbah Sahal, adalah alim ulama
yang arif. Mbah Maimun menasehati demikian, karena pada dasarnya para penganut
aliran Ahmadiyah adalah orang yang ikut-ikutan saja. Banyak di antara mereka
yang tidak memiliki kitab karangan Mirza Ghulam Ahmad.
Ibaratnya calo armada bus, kalau cara mengajaknya penuh
keramahan dan kesabaran, pasti yang diajak mau menurut. Tapi, kalau cara
mengajaknya seperti preman terminal, para penganut aliran Ahmadiyah justru lari
dari cahaya NU Kata Mbah Yai Maimun, aliran Ahmadiyah sebenarnya hanya masalah
beda nabi penutupnya siapa, jadi sangat mudah ditarik kembali, kalau betul
caranya dakwah.
Untuk Mbah Yai Sahal dan Mbah Yai Maimun, Lahuma Alfaatihah.
Joss Mantap om!!!
ReplyDeleteSemoga panjang umur dan sehat selalu itu kyai :)
ReplyDeleteJoss mantab broo :D.
ReplyDeleteCome Back : http://indonesia-komunitas.com/
Saya bangga punya kiai seperti beliau.
ReplyDeleteWuihhh keren ya kyainya.. apakah admin disini ingin menjadi kyai..?
ReplyDeleteSemoga para kyai panjang umur
ReplyDelete