BREAKING NEWS :
Loading...

Perjuangan santri yang rela memutar kaki gunung

santri 


Muslim bersatu - Pondok Pesantren Nurul Huda mengadakan Madrasah Jurnalistik yang diikuti santri putra dan putri di kompleks pesantren tersebut, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, sekitar 40 km sebelah selatan dari kota kabupaten Bandung Jumat-Sabtu (8-9/3). 

Menurut salah seorang ustadz di pesantren tersebut, Dadan Ahmad Hamdani, Madrasah Jurnalistik sebagai upaya pesantren mendorong para santri melaporkan kegiatan mereka ke dunia daring (online). 

Menurut Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia Kabupaten Bandung ini, para santri memiliki bakat di bidang dalam kepenulisan karena keseharian mereka tidak pernah terlepas dari dunia tulis-menulis. Bahkan, tulisan-tulisan tersebut ada yang dihafal. Dan itu tradisi yang turun-temurun. 

“Sejarah membuktikan pesantren selalu diiringi dengan tulis-menulis. Tak sedikit para kiai, para ulama yang menulis atau menukil kitab dan itu berlangsung hingga sekarang,” katanya. 

Jadi, lanjutnya, para santri yang tinggal di kaki Gunung Wayang tersebut hanya butuh berlatih teknik jurnalistik dan cara mengunggahnya di internet.   

Ia menjelaskan, penggunaan internet di pesantren Nurul Huda tidak sebebas lembaga lain. Para santri, hanya dibolehkan menggunakannya, terutama telepon genggam di hari Ahad. Meski demikian, ia berharap, para santri bisa memaksimalkan kesempatan itu. 

Salah seorang pemateri Madrasah Jurnalistik, Pungkit Wijaya, mengatakan, pesantren punya “logika” tersendiri dalam mempertahankan tradisi mereka turun-temurun dan merespons kekinian, termasuk penggunaan internet. 

Menurut dia, kebijakan terkait internet bukan pengekangan, tapi membatasi. Tentu pesantren lebih tahun manfaat dan mudaratnya bagi para santri.  

Sebagai ilustrasi, pada Madrasah Jurnalistik tersebut, para santri lebih banyak praktik menulis dari materinya. Para santri menuliskan pikiran mereka di buku masing-masing. Kemudian mereka membacakan karya masing-masing. Kemudian pemateri menyalinnya di laptop. Lalu mengunggahnya di pelajarkertasari.blogspot.com. Proses semacam itu, menurut istilah Pungkit Wijaya, jalan memutar.

“Meski menggunakan jalan memutar, kalian harus tetap semangat,” katanya, “Jangan pernah menyerah pada keadaan. Keterbatasan harus dijalani dengan santai. Taati peraturan di sini. Suatu saat akan kamu ketahui maksudnya,” ujar penulis buku Kumpulan Esai Rawayan-Refleksi Religius Masyarakat Urban (2014) dan Islam Populer (2019).

Tentang pembatasan di pesantren tersebut, salah seorang peserta menuliskan pendapatnya di blog tersebut berjudul Menjadi Santri, Kekangan Sekaligus Membebaskan.

“Ternyata, walaupun di sini mengekang, tapi aku bebas, aku bisa belanja sendiri, makan seblak yang sangat pedas, bernyanyi sekeras mungkin, bebas dari usikan dan celotehan kakakku,” ungkap Risma Rani Tri Fathonah Risma Rani Tri Fathonah, santri asal Majalaya. 

Madrasah Jurnalistik tersebut menghadirkan wartawan NU Online dan pengurus Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU.













terkait - santri salafi,santri cantik,santriwati,santri siap guna,santri kartun,santri nabawi,santri bukan artis lirik,santri rock n roll,santri bukan artis,santri adalah,santri darunnajah,santri animasi,santri anime,santri assanjuri,santri art,santri asromo,santri al fatah temboro,santri abangan,santri al zaytun,santri adalah pdf,santrian a beach resort,griya santrian a beach resort,griya santrian a beach resort sanur,puri santrian a beach,santrich a otro nivel,premio a santrich,capturan a santris,capturan a santric,entrevista a santrich,extradicion a santrich,santri bercadar,santri berpeci,santri budug,santri baper,santri buya syakur,santri bersarung,santri bahrul ulum,santri baru,b inggris santri,santri cowok

No comments

Powered by Blogger.