Marah Besar, MUI Minta GNPF-MUI tidak Mencatut Nama MUI dan Logo MUI Lagi
Sekian lama namanya dicatut oleh GNPF-MUI akhirnya MUI baru kali ini berbicara tegas.
Portal Aswaja
Setelah sekian lama hanya membiarkan namanya dicatut oleh GNPF-MUI, nampknya MUI mulai menyadari gelagat tidak baik jika terus-terus membiarkan namanya dicatut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan keberatan terhadap penggunaan nama dan atribut lembaganya oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF). Penggunaan nama MUI berpotensi jadi adu domba antara ulama dan pemimpin negara.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan keberatan terhadap penggunaan nama dan atribut lembaganya oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF). Penggunaan nama MUI berpotensi jadi adu domba antara ulama dan pemimpin negara.
“MUI berkeberatan terhadap gerakan atau institusi yang melakukan labelisasi atau asosiasi institusi MUI ke dalam aksi atau kegiatannya secara tidak sah dan di luar pengetahuan MUI. Perilaku tersebut bisa berpotensi menciptakan adu domba antara ulama, umara, serta umat, dan menciptakan disharmoni kehidupan berbangsa dan bernegara,” demikian bunyi penggalan pernyataan tertulis MUI.
Sekarang sudah jelas kan siapa sebenarnya GNPF-MUI? Mereka bukanlah kelompok di bawah naungan MUI. MUI sendiri telah menegaskan bahwa GNPF bukanlah organ atau lembaga yang berada di bawah ormas yang menaungi para ulama itu. MUI mempersilakan GNPF menggelar aksi atau menyatakan pendapat, tapi jangan membawa-bawa nama MUI.
Pernyataan MUI ini dilatarbelakangi dengan adanya Aksi 287 digelar oleh GNPF MUI dalam rangka menolak Perppu Ormas. Aksi ini digelar dari Istiqlal, lalu rencananya dilanjutkan dengan long march ke Mahkamah Konstitusi (MK), sekaligus mendaftarkan gugatan terhadap Perppu Ormas.
Aksi 287 ini memang secara tidak langsung menampar MUI. Ketua MUI telah menyatakan sepakat dengan Perppu Ormas, namun GNPF-MUI malah melakukan aksi 287 menolak Prppu Ormas. Meskipun GNPF-MUI bukan bagian dari MUI, namun dengan masih adanya embel-embel MUI membuat masyarakat mengira bahwa GNPF-MUI adalah bagian dari MUI. Hal ini yang tidak diinginkan oleh MUI sehingga meminta GNPF-MUI untuk mencopot embel-embel MUI.
Saya membayangkan bagaimana wajah Bachtiar Nasir setelah mendengar permintaan MUI untuk mencopot embel-embel MUI. Jika dia masih manusia normal, pasti akan merasa malu yang luar biasa. Mukanya bisa berubah menjadi merah padam. Tapi kalau dia tidak merasa malu, saya katakan sepertinya dia bukan lagi termasuk manusia normal.
Saya yakin MUI sudah menyadari bahwa GNPF-MUI adalah sebuah kendaraan politik.
Siapa yang memiliki kepentingan politik, silahkan pakai jasa GNPF-MUI untuk membuat isu dan huru-hara atas nama Islam. Bachtiar Nasir dan Rizieq Syihab sama saja. Keduanya orang-orang yang menjual agama untuk kepentingan pribadi.
Jika memang tidak mengejar kepentingan pribadi dan memang membela agama, saya yakin GNPF-MUI akan mematuhi apapun perintah MUI. MUI pun sebenarnya juga hanya dimanfaatkan. MUI dipaksa mengeluarkan fatwa bahwa Ahok menodai agama. Fatwa ini yang kemudian menjadi embrio lahirnya GNPF-MUI.
Mereka menawarkan jasa kepada MUI untuk terus mengawal fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Sederhananya, mereka akan terus membela fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh MUI jika ada pihak-pihak yang tidak setuju. MUI pun nampaknya tidak menolak dengan tawaran kelompok yang menamakan dirinya GNPF-MUI. Pasalnya, pada saat itu MUI sedang menjadi sorotan dan dihujat karena mengeluarkan pernyataan sikap yang terkesan buru-buru. Tawaran GNPF-MUI tentu sangat memberikan dukungan moril kepada MUI.
Analoginya ada seseorang yang dicaci maki karena melakukan tindakan bodoh dan kemudian datang orang-orang yang membelanya. Sudah bisa dipastikan orang yang dicaci-maki tersebut tidak akan menolak pembelaan orang-orang.
Sayangnya MUI terlalu baper dan tidak mengetahui bahwa sebentar lagi wibawa MUI akan dihancurkan oleh GNPF-MUI. MUI hanya dimanfaatkan oleh GNPF-MUI agar memiliki posisi tawar di masyarakat. Di mata masyarakat, GNPF-MUI akan dikenal sebagai para mujahid yang membela dan ulama. Di mata para tokoh politk, GNPF-MUI bisa menjadi kendaraan untuk memuluskan kepentingan politiknya.
Dengan terbitnya Perppu Ormas, akhirnya belang GNPF-MUI semakin terbuka. GNPF-MUI seperti menaruh kotoran di wajah KH. Ma’ruf Amien dengan mengadakan aksi menolak Perppu Ormas. Padahal, sebelumnya KH. Ma’ruf Amien telah menyatakan mendukung Perppu Ormas. MUI pun akhirnya menyadari siapa GNPF-MUI.
Permintaan MUI agar GNPF-MUI mencopot embel-embel MUI sepertinya menjadi sinyal bahwa sebentar lagi GNPF-MUI akan tamat riwayatnya. Tidak ada lagi kelompok yang bernama GNPF-MUI. Jika tetap masih ada, maka dapat dipastikan mereka memang orang-orang yang tidak tahu diri dan urat malunya sudah putus.
makasih gan info berita nya , update terus yay
ReplyDeleteWhat????
ReplyDeleteKoq tulisannya profokatif gini min??
Sdh msuk dlm ranah perspektif ni nmnya...
Ati2, yg kau pojokan itu ulama
Jgn mengada2, dgn mngatakan "kepentingan politik"
Semua yg mreka lakukan murni membela Islam, bukan politik
Aah... Gk objektif
Awalx iya,,ujung2nya mengarahkan kepada perspektif penulis yg tdk berdasarkan fakta d lapangan
Hanya menduga2/dzhon
Tapi menurut saya benar, kalo mau aksi jangan membawa nama MUI
ReplyDelete